Rabu, 26 September 2007

EVERY BOY's GOT ONE

Chicklit by Meg Cabot

Riset Media

TEMA-TEMA RUBRIK HUMANIORA DI HARIAN KOMPAS
(STUDI ANALISIS ISI TEMA-TEMA RUBRIK HUMANIORA DI HARIAN KOMPAS PERIODE JANUARI - JUNI 2007)

A. Latar Belakang
Surat kabar atau biasa disebut juga koran merupakan salah satu media massa cetak hasil revolusi di bidang komunikasi selain media massa elektronik yaitu televisi dan radio. Surat kabar merupakan jendela dunia dimana berita sebagai isi utama dari surat kabar menyajikan berbagai macam informasi dari segala aspek bidang kehidupan dan kebutuhan masyarakat akan informasi secara aktual menjadikan surat kabar menjadi hal yang sangat esensial. Berita-berita yang dimuat dalam sebuah surat kabar adalah uraian realitas peristiwa-peristiwa yang terjadi dan layak untuk disebarkan kepada masyarakat. Oleh karena itu dengan membaca surat kabar, masyarakat dapat mengetahui dan membuka informasi terhadap segala fenomena-fenomena yang terjadi di seluruh dunia khususnya di Indonesia.
Perkembangan bisnis informasi dewasa ini membuka peluang bermunculannya dan tumbuhnya berbagai media massa baik cetak maupun elektronik. Kehadiran media massa sebagai inti dari proses komunikasi massa merupakan suatu institusi sosial yang menyebarluaskan beragam pesan
maupun produk budaya yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya masyarakatnya (Littlejohn, 1992 : 341), sehingga media massa merupakan sebuah organisasi yang kompleks dan terdiri atas pembagian kerja secara struktural. Informasi yang disajikan pun bersifat umum dan aktual, sesuai dengan kondisi yang sedang terjadi di masyarakat.
Berbagai fenomena-fenomena ataupun peristiwa di segala aspek bidang yang terjadi di Indonesia khususnya di bidang sosial, pendidikan, seni dan budaya, kesehatan, lingkungan hidup, industri dan IPTEK merupakan sebagian besar masalah yang mendapat perhatian penuh dari masyarakat dan pemerintah. Karena aspek-aspek tersebut sangatlah berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat itu sendiri, seperti persoalan pemenuhan hak atas pendidikan bagi masyarakat yang sampai saat ini masih terus digalakkan, masalah kesehatan dan kesejahteraan hidup masyarakat terutama yang masih berada di bawah garis kemiskinan, pengelolaan dan pengembangan budaya dan kekayaan alam, penguasaan terhadap ilmu dan teknologi yang masih tertinggal dari negara-negara maju, serta masih banyak lagi permasalahan lainnya yang memerlukan perhatian baik dari pemerintah maupun masyarakat itu sendiri.
Namun tidak hanya dari segi permasalahan saja yang dapat dilihat pada aspek-aspek tersebut diatas pada surat kabar, tetapi dapat juga dilihat dari segi lainnya. Misalnya, prestasi dan penghargaan yang diraih oleh anak-anak bangsa, penemuan atau riset dan teknologi baru yang diciptakan, bidang kepariwisataan yang meningkatkan devisa negara maupun berbagai macam kegiatan yang bermanfaat seperti aksi kepedulian sosial bagi penyandang cacat, festival seni, pameran, karya film nasional, kompetisi-kompetisi baik di bidang ilmu pengetahuan maupun teknologi. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya membatasi surat kabar dengan informasi yang hanya berisi dengan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa saja tetapi juga realita bahwa sumber daya manusia Indonesia juga mampu menciptakan dan menghasilkan karya-karya maupun teknologi baru serta mampu dalam berkompetisi di ajang nasional maupun internasional.
Awal dari permasalahan tentang media massa selalu berkaitan dengan isi informasi yang disajikan, jadi meskipun berita merupakan fakta dari suatu peristiwa, namun tidak semua peristiwa aktual yang terjadi dapat dijadikan sebuah berita. Redaksi akan menyeleksi terlebih dahulu laporan-laporan mengenai peristiwa-peristiwa aktual yag masuk ke meja redaksi untuk kemudian dipilih laporan-laporan peristiwa mana dianggap dapat menarik perhatian dan dirasa penting untuk diketahui oleh pembaca serta memiliki nilai berita tinggi, sehingga layak untuk dijadikan menjadi sebuah berita. Peristiwa-peristiwa yang akan diangkat menjadi sebuah berita adalah peristiwa aktual, dianggap penting dan sesuai dengan kebutuhan khalayak pembacanya.
Dalam hal ini pemilihan tema rubrik dilakukan seselektif mungkin sesuai dengan kebijaksanaan redaksionalnya. Biasanya tema rubrik yang diangkat, dipilih dan disepakati oleh redaksi sebagai tema yang paling penting untuk diketahui masyarakat pada saat itu. Jadi dalam pemilihan suatu tema rubrik khususnya tema rubrik Humaniora di Harian Umum Kompas, selain memperhatikan nilai menariknya suatu tema, redaksi juga harus mempertimbangkan nilai kepentingan berita itu sendiri bagi pembacanya. Dengan kata lain, selain tema rubrik sesuai dengan kebijakan redaksional, pemilihan tema rubrik pada kolom Humaniora juga harus disesuaikan dengan apa yang sangat aktual dan hangat serta menyentuh kepentingan seluruh lapisan masyarakat. Seperti kondisi pendidikan di Indonesia yang akhir-akhir ini sering disorot di rubrik Humaniora.
Peneliti melakukan analisis isi untuk mengidentifikasi banyaknya ruang dan jenis berita yang dimuat dalam rubrik Humaniora, terhadap masalah apa saja kah yang mendapat banyak perhatian dan dalam kategori apa. Metode analisis isi ini merupakan teknik penelitian yang obyektif, sistematis dan terperinci tentang isi media massa (Flournoy, 1989 : 12)
Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti ingin mengetahui bagaimanakah tema rubrik Humaniora pada Harian Umum Kompas selama periode Januari – Juni 2007. Berita-berita yang diperoleh dari rubrik tersebut akan menunjukan secara jelas macam tema rubrik Humaniora pada surat kabar Kompas.
Alasan peneliti mengambil Harian Umum Kompas dikarenakan Kompas sebagai salah satu media cetak yang terbit di Ibukota dan beredar di seluruh Nusantara yang mengedepankan kerterbukaan, meninggalkan pengkotakan latar belakanng suku, agama, ras, golongan serta memiliki pandangan, sikap hidup, dan berorientasi pada paham kemanusiaan yang beriman, yang percaya kepada nilai abadi dan nilai kemanusiaan (www.kompas.com, 10/09/2007). Selain itu, Kompas merupakan surat kabar yang sifatnya menasional dengan peredaran lebih dari 1 juta eksemplar per hari yang paling berpengaruh oleh karena penyebarannya secara luas dan sangat diakui keberadaannya di Indonesia, dengan tegas dinyatakan sebagai surat kabar independen atau non pemerintah (Fluornoy, 1989 : 77), dipilihnya rubrik Humaniora karena pada kolom tersebut memberikan sejumlah informasi menyangkut aspek penting masyarakat di kehidupan sosial nya dan dimaksudkan pula untuk mengidentifikasi volume dan jenis berita-berita dalam rubrik Humaniora yang dimuat oleh harian Kompas serta untuk mengetahui tema rubrik apa yang paling sering muncul selama setengah tahun dalam tahun 2007 ini.
Peneliti mengambil periode Januari – Juni 2007 dikarenakan pada periode tersebut banyak terjadi masalah-masalah sosial yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat di Indonesia khususnya. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui masalah dalam bidang sosial apakah yang paling sering dimuat di rubrik Humaniora pada surat kabar Kompas selama setengah tahun pada 2007. Mengingat rubrik Humaniora merupakan halaman atau kolom yang menyajikan berita-berita yang mencakup aspek penting yang erat kaitannya dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia.
Pada periode tersebut, perhatian khalayak baik media massa cetak maupun elektronik seakan-akan tertuju pada peristiwa penting terutama yang menyangkut kehidupan masyarakat. Selain itu, suatu media biasanya lebih menyukai peristiwa penting yang terjadi dalam skala waktu yang sesuai dengan jadwal produksi normal serta lebih menyukai peristiwa yang paling mudah diliput, dilaporkan, dikenal dan dipandang relevan (indarti, 2000 : 3)

1. Surat Kabar Sebagai Media Massa
Media massa merupakan sarana penyampaian isi pesan atau pernyataan atau informasi yang bersifat umum kepada sejumlah orang yang relatif berjumlah besar, tersebar, heterogen, anoim, dan mempunyai perhatian pada isi pesan yang sama, serta tidak mampu memberikan arus balik secara langsung pada saat itu juga. Media massa harus ditertibkan secara periodik. Isi pesan harus bersifat umum, menyangkut semua permasalahan, mengutamakan aktualitas dan harus dapat disajikan secara berkesinambungan (Wahyudi, 1991 : 90)
Media massa menurut jenisnya terbagi menjadi dua yaitu media elektronik yang meliputi televisi dan radio, serta media cetak seperti surat kabar, majalah, buku, dan tabloid. Pengertian tentang surat kabar menurut Kurniawan Junaedi yang dijelaskan didalam ensiklopedi pers Indonesia diuraikan sebagai berikut :
“Surat kabar adalah sebutan bagi penerbitan pers yang dalam media massa tercetak berupa lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan, dan diterbitkan secara berkala : harian, mingguan, bulanan, serta diedarkan secara umum, isinya pun harus aktual, bersifat universal, maksudnya pemberitaannya harus bersangkut paut dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan (Junaedi, 1991 : 257)”

Surat Kabar memiliki ciri-ciri :
1. Publisitas
Publisitas adalah surat kabar yang diperuntukkan untuk umum sehingga tertata, tajuk rencana, artikel, dan lain-lain harus meyangkut kepentigan umum. Mungkin saja ada instansi atau organisasi, misalnya sebuah universitas, yang menerbitkannya secara berkala dalam bentuk dan dengan kualitas kertas seperti harian umum, tetapi penerbitan tersebut tidak berpredikat surat kabar atau pers sebab diperuntukkan khusus utuk sifitas akademika universitas tersebut.
2. Universalitas
Universalitas sebagai ciri lain dari surat kabar menunjukkan bahwa surat kabar harus memuat aneka berita megenai kejadian-kejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia.
3. Aktualitas
Aktualitas adalah kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak (Effendi, 1995 : 154 – 155)

Sifat-sifat dari Surat Kabar adalah :
1. Terekam
Bahwa berita-berita yang disiarkan oleh surat kabar tersusun dalam alinea, kalimat, dan kata-kata yang terdiri atas huruf-huruf yang dicetak pada kertas. Dengan demikian setiap peristiwa atau hal yang diberitakan terekam sedemikian rupa sehingga dapat dibaca setiap saat dan dapat dikaji ulang, bisa dijadikan dokumentasi dan bisa dipakai sebagai bukti untuk keperlua tertentu.
Tidaklah demikian dengan berita-berita yang disiarkan oleh televisi dan radio. Peristiwa-peristiwa atau hal-hal yang diberitakan oleh televisi dan radio dilihat dan atau didengar, begitu hilang dari penglihatan dan pendengaran khalayak, tidak bisa dijadikan dokumentasi dan tidak bisa dipergunakan sebagai bukti untuk keperluan tertentu. Walaupun sekarang ini ada produk teknologi elektronik yang mutakhir dalam bentuk video tape recorder (VTR) dan audio tape recorder, seseorang dapat merekam acara siaran dari pesawat televisi dan pesawat radio tetapi jarang sekali khalayak merekam berita karena tidak mengetahui berita apa yang akan disiarkan.
2. Menimbulkan perangkat mental secara aktif
Berita surat kabar yang dikomunikasikan kepada khalayak menggunakan bahasa dengan huruf yang tercetak mati diatas kertas maka untuk dapat mengerti maknanya, pembaca harus menggunakan perangkat mentalnya secara aktif.
Kenyataannya tersebut berbeda dengan proses penyiaran berita radio dan televisi dimana setiap berita yang dibacakan oleh penyiar, dan para pendengar serta pemirsa tinggal menangkapnya saja dengan perangkat mental yang pasif. Lebih-lebih lagi berita radio dapat didengarkan oleh pendengar sambil makan, sambil bekerja, bahkan sambil mengemudikan kendaraan.
Berita-berita surat kabar menyebabkan pembacanya harus menggunakan perangkat mentalnya secara aktif, maka wartawan yang menyusunnya harus menggunakan bahasa yang umum dan lazim sehingga para pembaca mudah mencernanya. Hal ini erat kaitannya dengan sifat khalayak surat kabar yang heterogen, tingkat pendidikannya tidak sama dan mayoritas dari mereka rata-rata berpendidikan rendah sampai tengah.
3. Pesan menyangkut kebutuhan komunikan
Dalam proses komunikasi, pesan yang akan disampaikan kepada komunikan menyangkut teknik transmisinya agar mengenai sasaranya dan mencapai tujuannya. Sehubungan dengan itu, Wilbur Schramm dalam karyanya “How Communication Works” menyatakan sebagai berikut :
a. Pesan hendaknya dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud.
b. Pesan hendaknya mengguakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran sehingga sama-sama dapat dimengerti.
c. Pesan hendaknya membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu.
d. Pesan hendaknya menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi.
4. Efek sesuai dengan tujuan Efek yang diharapkan dari pembaca surat kabar tergantung pada tujuan wartawan. Apakah tujuannya agar pembaca tahu, apakah tujuannya agar pembaca berubah sikap dan perilakunya, dan atau apakah tujuannya agar pembaca meningkatkan intelektualitasnya.
5. Tugas wartawan sebagai komunikator
Komponen komunikasi melalui surat kabar, yaitu wartawan, dibahas paling akhir, ini merupakan hal yang paling penting karena setidaknya misi dari surat kabar bergantung pada kemampuan dan ketrampilan wartawan.
2.1.2 Pers dan Fungsinya
produk jurnalistik sehingga perlu ditingkatkan usaha pengembangan pers yang sehat dan bebas yang penuh tanggung jawab.
Fungsi pers merupakan sarana yang berkaitan dengan obyek penelitian ini, yakni Rubrik : Humaniora, menurut GBHN 1978, yaitu dalam rangka meningkatkan peranan pers perlu ditingkatkan usaha pengembangan pers yang penuh tanggung jawab.
Oleh sebab itu fungsinya bukan lagi menyiarkan informasi tetapi juga mendidik dan menghibur serta mempengaruhi agar khalayak melakukan kegiatan tertentu.
Fungsi-fungsi itu dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Fungsi Menyiarkan Informasi.
Menyiarkan informasi adalah fungsi surat kabar yang pertama dan utama. Para pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal tentang peristiwa yag terjadi, gagasn atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain, yang dikatakan orang lain dan sebagainya.
2. Fungsi Mendidik
Fungsi kedua dari surat kabar ini adalah mendidik. Sebagai sarana pendidikan massa, surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga para pembaca bertambah pengetahuannya.
3. Fungsi Menghibur
Hal-hal yang bersifat menghibur sering dimuat dalam surat kabar untuk mengimbangi berita-berita berat dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bergambar, teka-teki silang, karikatur, juga bersifat yang mengandung minat insani serta tajuk rencana.
4. Fungsi Mempengaruhi
Fungsi keempat ini yakni fungsi mempengaruhi, yang menyebabkan surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi ini secara implisit terdapat pada berita, sedang secara eksplisit tedapat pada tajuk rencana dan artikel (Effendi, 1993 : 93 – 94)
Dalam menjalankan fungsi tersebut pers mewujudkan dalam berbagai produk informasi, tetapi fungsi pers ini akan lebih nyata bila mampu merefleksikan semua realitas social pada produk informasinya.
Surat kabar sebagai intuisi pers yang secara fungsional memiliki peran sebagai media penghubung antara realitas sosial yang obyektif dengan pengalaman pribadi (McQuail, 1994 : 89), berusaha untuk menyalurkan komunikasi antara sesama masyarakat yang dalam pelaksanaannya adalah dengan adanya ruangan khusus dalam surat kabar tersebut yang disebut Humaniora.

1. Pengertian Humaniora
Istilah Humaniora berasal dari bahasa Latin Kuno “humanus”, yang berarti manusiawi, berbudaya, dan halus. Sedangkan dalam bahasa Inggris, yaitu “the humanities”, berkaitan dengan masalah nilai yaitu nilai kita sebagai manusia berbudaya. Dari pengertian diatas, maka disimpulkan pengertian humaniora adalah sejenis pengetahuan yang berkaitan dengan nilai-nilai manusia dan ekspresi-ekspresi dari jiwanya atau bisa diartikan sebagai seperangkat sikap dan perilaku moral terhadap sesamanya (Dardiri, 1986 : 3).
Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka: 1988), humaniora adalah ilmu-ilmu pengetahuan yang dianggap bertujuan membuat manusia lebih manusiawi, dalam arti membuat manusia lebih berbudaya.

3. Rubrik Humaniora Kompas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), rubrik diartikan sebagai kepala (ruangan) karangan dalam surat kabar, majalah dan sebagainya yang disediakn secara khusus untuk acara tertentu secara tetap (Poerwadarminta, 1987 : 834). Contoh rubrik yaitu konsuktasi psikologis, rubrik surat pembaca, rubrik ramalan bintang, rubrik memasak, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Djuroto, rubrik adalah opini masyarakat yang dituangkan dalam tulisan tentang berbagai soal, mulai dari politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi, bahkan olahraga. Penulisannya tidak sekedar mengomentari masalah, tetapi bisa juga mengajukan pandangan, pendapat, atau pemikiran lain, baik yang sudah banyak diketahui (Djuroto, 2000 : 20), secara teknik penyajiannya biasanya sangat khas dan agak berbeda dari artikel dan esai (Hakim, 2001 : 212).
Penulisan rubrik bisa berdasarkan gagasan murni dari si penulis, bisa juga mengambil dari sumber lain. Penulisannya tidak terikat dengan waktu tetapi terikat bentuk berita, gaya bahasa dan teknik penulisan jurnalistik lainnya. Tetai agar suatu rubrik ini dibaca oleh publik, penulisannya harus memperhitungkan aktualitas, gaya penulisan serta panjang pendeknya tulisan. Dalam memberikan pandangan, pendapat atau pemikiran lain, diatas namakan dirinya sendiri. Itu sebabnnya, nama penulisnya selalu ditulis lenkap, untuk mempertanggung jawabkan isi tulisannya (Djuroto, 2000 : 71). Dalam rubrik, terdapat opini, teknologi dan ilmu pengetahuan, seni, budaya, wanita dan keluarga, olahraga, dan sebagainya serta penyajiannya bisa berbentuk berita, ulasan atau uraian (Djuroto, 2000 : 23).
Jelas bahwa keberadaan rubrik diperlukan dalam majalah atau surat kabar untuk memenuhi kebutuhan khalayak pembacanya. Keberadaan rubrik-rubrik tersebut akan mempermudah khalayak pembacanya untuk mencari sesuatu hal yang sesuai dengan minat dan kebutuhan. Rubrik yang dibaca adalah merupakan rubrik yang langsung mempengaruhi hidup pembacanya dan menjadi minat pembaca yang besar sesuai dengan karakteristik sosiodemografinya (Oetomo, 1989 : 123). Dan dari sini bisa diambil kesimpulan bahwa rubrik selalu dibaca atau disukai akan mencerminkan kebutuhan pembacanya.


4. Analisis Isi
Menurut Wazer dan Wiener (1978) analisis isi dalam Bulaeng (2004) suatu prosedur sistematika yang disusun untuk menguji isi informasiyang terekam. Sedangkan, menurut Krippendorf (1980) mendefinisikan analisis isi suatu penelitian untuk membuat referensi-referensi dari data ke konteks. Sedangkan, definisi Kerlinger (1986) agak khas, yaitu analisis komunikasi secara sistematis, obyektif, dan kuantitatif untuk mengukur variabel.
Dalam definisi Kerlinger ada tiga konsep yang tercakup didalamnya. Pertama, analisis isi bersfat sistematis. Hal ini berarti isi yang akan dianalisis dipilih menurut aturan-aturan yang ditetapkan secara implisit, misalnya : cara penentuan sampel. Kedua, analisis isi obyektif. Ketiga, analisis isi bersifat kuantitatif (Bulaeng, 2004 : 171).
Pada definisi Kerlinger mempunyai kesamaan dengan pengertian analisis isi seperti yang diungkapkan Berelson (1952) yaitu analisis isi sebagai suatu teknik penelitian yang obyektif, sistematik dan menggambarkan secara kuantitatif isi-isi pernyataan suatu komunikasi. Dan Berelson juga menambahkan bahwa “analisis isi yang tidak lebih baik daripada kategori-kategorinya”.
Ada 10 tahap dalam analisis isi menurut Bulaeng (2004), yaitu :
1. Merumuskan pertanyaan penelitian atau hipotesis
2. Mendefinisikan populasi yang diteliti
3. Memilih sampel yang sesuai dari populasi
4. Memilih dan menentukan unit analisis isi
5. Menyusun kategori-kategori isi yang dianalisis
6. Membuat system hitungan
7. Melatih para pengkode dan melakukan studi percobaan
8. Mengkode isi menurut definisi yang telah dikumpulkan
9. Menganalisis data yang sudah dikumpulkan
10.Menarik kesimpulan-kesimpulan dan mencari indikasi

Sedangkan tujuan analisis isi ada lima (5), yaitu :
1. Menggambarkan isi komunikasi
2. Menguji hipotesis karakteeristik-karakteristik suatu pesan
3. Membandingkan isi media dengan dunia nyata
4. Melalui imej suatu kelompok tertentu dan masyarakat
5. Menciptakan titik awal terhadap studi efek media


5. Teori Gatekeeper (penjaga gerbang)
Gate keeper adalah penjagaan gerbang (seleksi) terhadap semua bahan-bahan informasi yang berdatangan dari berbagai penjuru arah sumber informasi yang ada di kantor redaksi, hal ini terjadi karena terbatasnya ruang di satu pihak informasi yang datang berjumlah banyak, dilain pihak ruang yang tersedia memuatnya terbatas (Sutiono, 1994 : 53)
Fungsi gate keeper dalam badan pers, pada umumnya dilakukan oleh wartawan adalah orang-orang yang pekerjaannya mecari informasi. Informasi-informasi yang dicari dan ditulis oleh wartawan, selanjutnya dikirim ke meja redaksi. Wartawan pekerjaannya berhubungan dengan pengumpulan, pengolahan dan penyiaran dalam bentuk fakta, pendapat, ulasan, gambar-gambar dan lain-lain.
Melalui fungsi gate keeper berbagai informasi yang masuk dari luar dikenakan sensor, diperiksa dan diperiksa lagi. Kemudian diputuskan berdasarkan kebijkasanaan redaksi yang diterbitkan. Dengan demikian informasi yang disajikanhasil olahan didasarkan kepada kebijaksanaan redaksi dengan harapan mampu memberikan berita-berita yang benar-benar dibutuhkan masyarakat (McQuail, 1996 : 162-163)
Fungsi gate keeper ini penting dalam rubrik Humaniora di Harian Kompas supaya rubrik-rubrik yang masuk dapat diseleksi dengan baik dan mampu memberikan rubrik-rubrik yang menjadi rubrik yang dibutuhkan oleh pembaca Harian Kompas.

Kategori Tema-tema Rubrik Humaniora Kompas :
1. Seni-Budaya dan Sejarah
2. Pendidikan dan Sastra-bahasa
3. Kependudukan
4. Kedokteran
5. IPTEK dan Tata Ruang
6. Kecelakaan dan bencana
7. Bilateral
8. Kegiatan Penyiaran dan Penerbitan
9. Kearsipan
10.Cerita Humaniora(Teroka, Didaktika, Terawang, Fenomena)
11.Hak Asasi Manusia
7. Human Interest :
- Cuaca, iklim atau alam
- Flora dan Fauna
- Lingkungan Hidup
- Penghargaan
- Kematian alamiah
- Minat dan Aksi

Senin, 24 September 2007

Sabtu, 15 September 2007

Opini Tentang Anak Jalanan (Anjal) di Surabaya

Q : Bagaimana menurut anda tentang kondisi Anjal di Surabaya saat ini ? dan ...Apa solusinya ?

A : dini_kartika_s@yahoo.co.id
Anjal di Sby skrg ini semakin banyak jumlahnya seperti yang banyak dijumpai / dilihat di traffic light. kondisi tersebut menyebabkan pengguna jalan merasa terganggu dengan keberadaan Anjal yg ada saat ini. Dalam hal ini, Anjal tidak memandang usia, baik balita maupun remaja seakan-akan mereka merupakan media penghasil / pencari uang bagi orang tua, mereka dimana ortu Anjal tersebut hanya mengawasi anak-anaknya dari jarak jauh.
Solusi : Sebaiknya para Anjal mendapat bimbingan dari pemkot dalam hal utk mengurangi jumlah Anjal dengan pemberian kegiatan2 positif, contohnya seperti grup musik ALANG-ALANG yg semua personilnya berasal dari Anjal

A : ayu_widyasari2001@yahoo.com
Menurut saya, anak jalanan dari tahun ke tahun semakin banyak dan meraja lela. Hal ini dikarenakan perhatian pemerintah terhadap anak jalanan kurang. Mungkin, bila pemerintah memberikan perhatian yg lebih mungkin anak jalanan kelak akan berkurang bahkan mungkin tidak akan ada
Solusi : Usaha utk mengatasi masalah anak jalanan menurut saya sangat minim, bahkan mungkin nihil. Karena seperti yg saya lihat, anak jalanan makin lama semakin banyak. Jika usaha utk mengatasi anak jalanan lebih difokuskan dan diperhatikan, sudah pasti dan sudah tentu kelak akan ada lagi anak jalanan yg berkeliaran. Dengan cara memberikan pemahaman, pembinaan atau bimbingan terhadap anak jalanan sperti memberikan bimbingan ketrampilan, memberikan pendidikan, dsb. Hal ini secara tidak langsung bisa mengurangi angka anak jalanan di Indonesia.

A : Ti3_tie@yahoo.co.id
Masih memperihatinkan, karena masih banyak anak jalanan yg putus sekolah dan usia yg masih sangat kecil (dibawah umur)
Solusi : Sebaikny, baik pemerintah maupun masyarakat biasa memberikan bantuan berupa didirikannya program sekolah gratis bagi anak jalanan